Tanya:
Anak saya sangat takut bertemu dengan orang baru,dia juga susah sekali dibujuk ditoko mainan. sering berguling-guling kalau keinginannya tidak terpenuhi.sebaiknya saya harus bagaimana bu guru?
JAWAB:
Melihat ciri-ciri yang sampaikan ada kemungkinan bahwa Putra ibu mengalami TAmper Tantrum.ciri-ciri yang dapat dilihat adalah perilaku marah pada anak-anak
prasekolah. Mereka mengekspresikan kemarahan mereka dengan berbaring di
lantai, menendang, berteriak, dan kadang-kadang menahan napas mereka.
Tantrum yang alami, terjadi pada anak-anak yang belum mampu menggunakan
kata-kata untuk mengekspresikan rasa frustrasi mereka, karena tidak
terpenuhinya keinginan mereka.
Ketika Tantrum
Terjadi
Jika Tantrum tidak
bisa dicegah dan tetap terjadi, maka beberapa tindakan yang sebaiknya dilakukan
oleh orangtua/guru adalah:
1. Memastikan
segalanya aman.
Jika Tantrum terjadi di muka umum, pindahkan anak ke tempat yang aman untuknya
melampiaskan emosi. Selama Tantrum (di rumah maupun di luar rumah), jauhkan
anak dari benda-benda, baik benda-benda yang membahayakan dirinya atau justru
jika ia yang membahayakan keberadaan benda-benda tersebut. Atau jika selama
Tantrum anak jadi menyakiti teman maupun orangtuanya sendiri, jauhkan anak dari
temannya tersebut dan jauhkan diri Anda dari si anak.
2. Orangtua harus
tetap tenang,
berusaha menjaga emosinya sendiri agar tetap tenang. Jaga emosi jangan sampai
memukul dan berteriak-teriak marah pada anak.
3. Tidak
mengacuhkan Tantrum anak (ignore).
Selama Tantrum berlangsung, sebaiknya tidak membujuk-bujuk, tidak berargumen,
tidak memberikan nasihat-nasihat moral agar anak menghentikan Tantrumnya,
karena anak toh tidak akan menanggapi/mendengarkan. Usaha menghentikan Tantrum
seperti itu malah biasanya seperti menyiram bensin dalam api, anak akan semakin
lama Tantrumnya dan meningkat intensitasnya. Yang terbaik adalah membiarkannya.
Tantrum justru lebih cepat berakhir jika orangtua tidak berusaha
menghentikannnya dengan bujuk rayu atau paksaan.
4. Jika perilaku
Tantrum dari menit ke menit malahan bertambah buruk dan tidak selesai-selesai,
selama anak tidak memukul-mukul Anda, peluk anak dengan rasa cinta.
Tapi jika
rasanya tidak bisa memeluk anak dengan cinta (karena Anda sendiri rasanya malu
dan jengkel dengan kelakuan anak), minimal Anda duduk atau berdiri berada dekat
dengannya. Selama melakukan hal inipun tidak perlu sambil menasihati atau
complaint (dengan berkata: “kamu kok begitu sih nak, bikin mama-papa sedih”;
“kamu kan sudah besar, jangan seperti anak kecil lagi dong”), kalau ingin
mengatakan sesuatu, cukup misalnya dengan mengatakan “mama/papa sayang kamu”,
“mama ada di sini sampai kamu selesai”. Yang penting di sini adalah memastikan
bahwa anak merasa aman dan tahu bahwa orangtuanya ada dan tidak menolak
(abandon) dia.
Ketika Tantrum
Telah Berlalu
Saat Tantrum anak
sudah berhenti, seberapapun parahnya ledakan emosi yang telah terjadi tersebut,
janganlah diikuti dengan hukuman, nasihat-nasihat, teguran, maupun sindiran.
Juga jangan diberikan hadiah apapun, dan anak tetap tidak boleh mendapatkan apa
yang diinginkan (jika Tantrum terjadi karena menginginkan sesuatu). Dengan
tetap tidak memberikan apa yang diinginkan si anak, orangtua akan terlihat
konsisten dan anak akan belajar bahwa ia tidak bisa memanipulasi orangtuanya.
Berikanlah rasa cinta
dan rasa aman Anda kepada anak. Ajak anak, membaca buku atau bermain sepeda
bersama. Tunjukkan kepada anak, sekalipun ia telah berbuat salah, sebagai
orangtua Anda tetap mengasihinya.
Setelah Tantrum
berakhir, orangtua perlu mengevaluasi mengapa sampai terjadi Tantrum. Apakah
benar-benar anak yang berbuat salah atau orangtua yang salah merespon
perbuatan/keinginan anak? Atau karena anak merasa lelah, frustrasi, lapar, atau
sakit? Berpikir ulang ini perlu, agar orangtua bisa mencegah Tantrum
berikutnya.
Jika anak yang
dianggap salah, orangtua perlu berpikir untuk mengajarkan kepada anak nilai-nilai
atau cara-cara baru agar anak tidak mengulangi kesalahannya. Kalau memang ingin
mengajar dan memberi nasihat, jangan dilakukan setelah Tantrum berakhir, tapi
lakukanlah ketika keadaan sedang tenang dan nyaman bagi orangtua dan anak.
Waktu yang tenang dan nyaman adalah ketika Tantrum belum dimulai, bahkan ketika
tidak ada tanda-tanda akan terjadi Tantrum. Saat orangtua dan anak sedang
gembira, tidak merasa frustrasi, lelah dan lapar merupakan saat yang ideal.
Pencegahan
1. mengenali
kebiasaan-kebiasaan anak, dan mengetahui secara pasti pada kondisi-kondisi
seperti apa muncul Tantrum pada si anak. Misalnya, kalau orangtua tahu bahwa
anaknya merupakan anak yang aktif bergerak dan gampang stres jika terlalu lama
diam dalam mobil di perjalanan yang cukup panjang, maka supaya ia tidak
Tantrum, orangtua perlu mengatur agar selama perjalanan diusahakan
sering-sering beristirahat di jalan, untuk memberikan waktu bagi anak
berlari-lari di luar mobil.
2. melihat bagaimana
cara orangtua mengasuh anaknya. Apakah anak terlalu dimanjakan? Apakah orangtua
bertindak terlalu melindungi (over protective), dan terlalu suka melarang?
Apakah kedua orangtua selalu seia-sekata dalam mengasuh anak? Apakah orangtua
menunjukkan konsistensi dalam perkataan dan perbuatan?
Jika anda merasa
terlalu memanjakan anak, terlalu melindungi dan seringkali melarang anak untuk
melakukan aktivitas yang sebenarnya sangat dibutuhkan anak, jangan heran jika
anak akan mudah tantrum jika kemauannya tidak dituruti.
3.Konsistensi dan
kesamaan persepsi dalam mengasuh anak juga sangat berperan. Jika ada
ketidaksepakatan, orangtua sebaiknya jangan berdebat dan beragumentasi satu
sama lain di depan anak, agar tidak menimbulkan kebingungan dan rasa tidak aman
pada anak. Orangtua hendaknya menjaga agar anak selalu melihat bahwa
orangtuanya selalu sepakat dan rukun.
Demikian yang dapat bu guru sampaikan, ada baiknya konsultasi ke psikolog anak untuk penanganan lebih lanjut.
0 komentar:
Posting Komentar